ALELOPATI
I.
TOPIK :
Alelopati
II.
HARI/TANGGAL : Kamis/ 22 Desember
2011
III.
TUJUAN : 1. Mahasiswa dapat menerapkan rancangan
percobaan yang menunjukkan adanya
fenomena
pengaruh alelopati terhadap perkecambahan
biji.
2.
Mahasiswa akan lebih trampil dalam mengukur
variabel yang digunakan dalam percobaan ini
3.
Mahasiswa dapat menguji statistik adanya pengaruh
senyawa alelopati terhadap perkecambahan.
IV.
KAJIAN
PUSTAKA
Menurut Moenandir (1993:194) menyatakan dalam
bukunya bahwa Hambatan pertumbuhan akibat adanya allelopat dalam peristiwa
allelopat, misalnya hambatan pada pembelahan sel, pengambilan moneral,
respirasi, penutupan stomata, sintesis protein, dll. Peristiwa allelopati ialah
peristiwa adanya pengaruh jelek dari zat kimia ( allelopat ) yang dikeluarkan
tumbuhan tertentu yang dapat merugikan pertumbuhan tanaman lain jenis yang
tumbuh di sekitarny.
Menurut Sukman (1995:83) menyatakan dalam bukunya bahwa Species gulma yang
diketahui mengeluarkan senyawa – senyawa beracun adalah alang – alang (Imperata
cilyndrica ), teki ( Cyperus rotundus), Agropron intermedium, Salvia
lenchophyella, dan lainnya. Persaingan yang timbul akibat dikeluarkannya zat
yang meracuni tumbuhan alin disebut allelopathy. Interaksi biokoimia antara
gulma dan pertanaman antara lain menyebabkan gangguan perkecambahan biji,
kecambah jadi abnornal, pertumbuhan memanjang akar terhambat, perubahan susunan
sel – sel akar dan lain sebagainya.
Menurut Rukmana (1997:9) menyatakan dalam bukunya bahwa Tanah yang baik
untuk pertumbuhan tanaman jagung adalah tanah dengan pH 5,5 – 7,5 . Tanaman
jagung mempunyai daya adaptasi yang baik terenpaling ideal untuk menghasilkan
tanaman jagung adalah tanah andosol, latosol, podsolik merah Kuning ( PMK ).
Hal yang terpenting untuk diperhatikan adalah tanahnya subur, gembur, banyak
mengandung bhan organik, aerasi dan draenasenya baik.
Anonimus ( 2009 ) menyatakan dalam internet bahwaRespon yang akan terjadi
karna pemberian allelopati adalah panjang tajuk dan akar yang terhambat yang
dapat disebut sebagai herbisida pra tumbuh namun hal ini tergantung juga pada
formulasi ekstraksi allelopati yang diberikan. perkembangan tumbuhan tergantung
pada konsentrasi ekstrak, sumber ekstrak, temperatur ruangan, dan jenis tumbuhan
yang dievaluasi serta saat aplikasi.
V.
ALAT
DAN BAHAN
1. Alat
: cawan petri, kertas saring, corong penyaring, mangkuk penggerus, tabung
reaksi, gelas ukur, pipet tetes.
2. Bahan
: daun gamal, rumput teki dan air
VI.
CARA
KERJA
1. Memilih
biji kacang hijau yang baik
2. Menyediakan
beberapa cawan petri yang diberi kertas saring.
3. Membuat
ekstrat air dari daun gamal dan rumput teki dengan cara sebagai berikut :
·
Menghaluskan bagian tumbuhan jenis
tumbuhan tersebut dengan mangkuk penggerusan
·
Membuat ekstrak air atau hasil rendaman
bagian tumbuhan tersebut dengan air (aquades) dengan perbandingan sebagai
berikut: perbandingan bagian tumbuhan dan air 1 : 7 v/v, 1 : 14 v/v, 1 : 21 v/v
dan membiarkan selama 1 hari (24 jam)
·
Setelah 24 jam menyaring ekstrak yang
diperoleh dengan menggunakan alat penyaring.
4. Meletakkan
masing-masing 5 biji kacang hijau ke dalam cawan petri yang berbeda dan sudah
diberi kapas serta di media tanah
5. Menyiram
10 ml ekstrak air tadi kemasing-masing cawan petri dan tanah yang telah berisi
biji-biji tersebut
6. Mengamati
perkecambahan biji-biji tersebut setiap hari selama 1 minggu, dan mengamati
pula pertumbuhan perkecambahannya
7. Menentukan
persen perkecambahan dan ukuran panjang kecambahnya.
VII. DATA HASIL PENGAMATAN
No
|
Ekstrat
|
Tempat
|
Kacang Hijau ke
|
Pertumbuhan
hari ke- (cm)
|
||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
||||
1
|
Daun
Gamal
(1:21)
|
Kapas
|
1
|
0,3
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2
|
0,2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|||
3
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|||
4
|
0,1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|||
5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|||
6
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|||
7
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|||
8
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|||
9
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|||
10
|
0,1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|||
Tanah
|
1
|
-
|
0,2
|
2,3
|
70,
|
10,2
|
12,3
|
17,4
|
||
2
|
-
|
0,3
|
2,4
|
6,5
|
10,4
|
13,5
|
16,2
|
|||
3
|
-
|
0,2
|
3,7
|
7,0
|
9,7
|
12,7
|
16,3
|
|||
4
|
-
|
0,3
|
2,5
|
7,5
|
9,5
|
13,6
|
17,2
|
|||
5
|
-
|
0,2
|
2,4
|
7,0
|
10,3
|
14,1
|
15,5
|
|||
6
|
-
|
0,2
|
2,4
|
8,0
|
10,5
|
12,2
|
17,3
|
|||
7
|
0,1
|
0,4
|
3,7
|
8,0
|
9,7
|
13,7
|
16,2
|
|||
8
|
0,1
|
0,3
|
3,6
|
8,5
|
10,5
|
13,5
|
15,2
|
|||
9
|
0,1
|
1,2
|
2,5
|
7,3
|
10,2
|
12,4
|
15,2
|
|||
10
|
|
0,7
|
2,2
|
7,8
|
11,2
|
13,5
|
16,3
|
|||
2
|
Rumput
Teki (1:7)
|
Kapas
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|||
3
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|||
4
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|||
5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|||
6
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|||
7
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|||
8
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|||
9
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|||
10
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|||
Tanah
|
1
|
-
|
0,3
|
2,3
|
7,2
|
10,8
|
13,5
|
15,3
|
||
2
|
-
|
0,5
|
2,5
|
7,5
|
11,6
|
12,7
|
15,3
|
|||
3
|
-
|
0,6
|
2,7
|
7,2
|
11,2
|
12,8
|
16,2
|
|||
4
|
-
|
0,2
|
2,2
|
7,3
|
11,5
|
12,2
|
16,1
|
|||
5
|
-
|
0,3
|
2,1
|
6,2
|
10,2
|
12,0
|
16,2
|
|||
6
|
-
|
0,3
|
3,2
|
7,5
|
11,8
|
12,6
|
16,5
|
|||
7
|
-
|
0,2
|
3,3
|
7,5
|
11,9
|
12,5
|
15,3
|
|||
8
|
-
|
0,2
|
2,2
|
6,2
|
10,5
|
13,2
|
16,5
|
|||
9
|
-
|
0,7
|
2,5
|
6,2
|
10,3
|
12,0
|
15,2
|
|||
10
|
-
|
0,6
|
2,6
|
6,4
|
10,2
|
13,2
|
15,3
|
-
VIII. PEMBAHASAN
Berdasarkan data hasil pengamatan
yang di dapat dalam topik alelopati, terlihat tanaman mengalami pertimbuhan
pada media tanah, sedangkan pada media kapas hanya daun gamal yang pada hari
pertama mengalami pertumbuhan lalu dihari berikutnya tidak mengalami
pertumbuhan lagi, dan pada rumput teki sama sekali tidak mengalai pertumbuhan.
Media tanah walaupun tidak diberi air tetap mengandung unsur hara yang dapat
membuat tanaman tetap tumbuh sehingga tanaman dapat tumbuh walaupun tidak
disiram air dan kelembaban udara mempengaruhi pertumbuhan kecambah tersebut.
Sedangkan pada media kapas yang tidak memiliki unsur hara, tidak mampu membuat
kacang hijau tumbuh dengan baik, akan tetapi jika diberi air atau kapas dalam
keadaan basah maka kacang hijau tetap dapat tumbuh, dan dalam pengamatan kapas
hanya satu kali diberi air sehingga di hari berikutnya kaps menjadi kering
sehingga kacang hijau tidak dapat tumbuh. Tanaman alelopati dapat menghambat
pertumbuhan suatu tanaman, akan tetapi pada media tanah tanaman dapat tumbuh
dengan baik karena hanya disiram ekstrak air daun rumput teki sebanyak satu
kali dan dengan jumlah yang sedikit sehingga tidak begitu berpengaruh.
Banyaknya tanah dengan banyaknya jumlah ekstrak aun rumput teki tidak seimbang
sehingga ekstrak daun rumput teki tidak menghambat pertumbuhan kacang hijau.
Reaksi alelopati telah dikemukakan
oleh Bapak Botani, Theophrastus, sejak
tahun 300 SM. Dia menuliskan tentang buncis yang dapat membunuh populasi gulma di sekitarnya. Pada tahun 1 setelah
Masehi, seorang cendikiawan dan naturalis Roma bernama Gaius Plinius Secundus menuliskan tentang bagaiman buncis
dan jelai dapat
berefek "menghanguskan" ladang. Selain itu, dia juga mengemukakan
bahwa pohon Walnut bersifat toksik (beracun)
terhadapat tumbuhan lain. Pada tahun 1832, Augustin Pyramus De Candolle, seorang
ahli botani dan naturalis
mengemukakan bahwa tanah dapat menderita "sakit" kemungkinan
diakibatkan oleh senyawa kimia yang dikeluarkan oleh tanaman. Penemuan mengenai
alelopati semakin jelas ketika pada tahun 1907-1909, dua orang ilmuwan bernama
Schreiner dan Reed berhasil mengisolasi senyawa fitotoksik kimia dari tanaman
dan tanah. Konsep mengenai alelopati dikemukakan pada tahun 1937 oleh Hans Molisch, seorang ahli fisiologi tanaman
asal Austria.
Alelopati berasal dari bahasa Yunani, allelon yang berarti
"satu sama lain" dan pathos yang berarti
"menderita". Alelopati
didefinisikan sebagai suatu fenomena alam dimana suatu organisme memproduksi
dan mengeluarkan suatu senyawa biomolekul (disebut alelokimia) ke lingkungan dan senyawa tersebut
memengaruhi perkembangan dan pertumbuhan organisme lain di
sekitarnya. Sebagian alelopati terjadi pada tumbuhan dan dapat mengakibatkan
tumbuhan di sekitar penghasil alelopati tidak dapat tumbuh atau mati.
Beberapa species gulma menyaingi pertanaman dengan
mengeluarkan senyawa beracun dari akarnya (root exudates atau lechates) atau
dari pembusukan bagian vegetatifnya. Persaingan yang timbul akibat
dikeluarkannya zat yang meracuni tumbuhan lain disebut allelopati dan zat
kimianya disebut alelopat. Umumnya senyawa yang dikeluarkan adalah dari
golongan fenol.
Tidak semua gulma mengeluarkan senyawa beracun. Spesies
gulma yang diketahui mengeluarkan senyawa racun adalah alang-alang (Imperata
cylinarica), grinting (Cynodon dactylon), teki (Cyperus rotundus),
Agropyron intermedium, Salvia lenocophyela dan lain-lain.
Eussen (1972) menyatakan, bahwa apabila gulma mengeluarkan
senyawa beracun maka nilai persaingan totalnya dirumuskan sebagai berikut :
TCV = CVN + CVW + CVL + AV
dimana TCV = total competition value, CVN = competition
value of nutrient, CVW = competition value of water, CVL = competition value of
light, dan AV = allelopathic value. Nilai persaingan total yang disebabkan oleh
gulma yang mengeluarkan alelopat terhadap tanaman pokok merupakan penggabungan
dari nilai persaingan untuk hara + nilai persaingan untuk air + nilai
persaingan untuk cahaya + nilai alelopatik.
Secara umum allelopati selalu dikaitkan dengan maslah
gangguan yang ditimbulkan gulma yang tumbuh bersama-sama dengan tanaman pangan,
dengan keracunan yang ditimbulkan akibat penggunaan mulsa pada beberapa jenis
pertanaman, dengan beberapa jenis rotasi tanaman, dan pada regenarasi hutan. Kuantitas
dan kualitas senyawa allelopati yang dikeluarkan oleh gulma antara lain
dipengaruhi kerapatan gulma, macam gulma, saat kemunculan gulma, lama
keberadaan gulma, habitus gulma, kecepatan tumbuh gulma, dan jalur fotosintesis
gulma (C3 atau C4).
Senyawa-senyawa kimia yang mempunyai potensi alelopati dapat ditemukan di semua
jaringan tumbuhan termasuk daun, batang, akar, rizoma, umbi, bunga, buah, dan
biji. Senyawa-senyawa alelopati
dapat dilepaskan dari jaringan-jaringan tumbuhan dalam berbagai cara termasuk
melalui :
a. Penguapan
Senyawa alelopati ada yang dilepaskan melalui penguapan. Beberapa genus
tumbuhan yang melepaskan senyawa alelopati
melalui penguapan adalah Artemisia, Eucalyptus, dan Salvia.
Senyawa kimianya termasuk ke dalam golongan terpenoid. Senyawa ini dapat
diserap oleh tumbuhan di sekitarnya dalam bentuk uap, bentuk embun, dan dapat
pula masuk ke dalam tanah yang akan diserap akar.
b. Eksudat akar
Banyak terdapat senyawa kimia yang
dapat dilepaskan oleh akar tumbuhan (eksudat akar), yang kebanyakan berasal
dari asam-asam benzoat, sinamat, dan fenolat.
c. Pencucian
Sejumlah senyawa kimia dapat tercuci
dari bagian-bagian tumbuhan yang berada di atas permukaan tanah oleh air hujan
atau tetesan embun. Hasil cucian daun tumbuhan Crysanthemum sangat
beracun, sehingga tidak ada jenis tumbuhan lain yang dapat hidup di bawah
naungan tumbuhan ini.
d. Pembusukan organ
tumbuhan
Setelah tumbuhan atau bagian-bagian
organnya mati, senyawa-senyawa kimia yang mudah larut dapat tercuci dengan
cepat. Sel-sel pada bagian-bagian organ yang mati akan kehilangan permeabilitas
membrannya dan dengan mudah senyawa-senyawa kimia yang ada didalamnya
dilepaskan. Beberapa jenis mulsa dapat meracuni tanaman budidaya atau
jenis-jenis tanaman yang ditanam pada musim berikutnya.
Tumbuhan yang masih hidup dapat mengeluarkan senyawa alelopati lewat organ yang berada di
atas tanah maupun yang di bawah tanah. Demikian juga tumbuhan yang sudah
matipun dapat melepaskan senyawa alelopati
lewat organ yang berada di atas tanah maupun yang di bawah tanah. Alang-alang (Imperata
cyndrica) dan teki (Cyperus rotundus) yang masih hidup mengeluarkan
senyawa alelopati lewat organ di
bawah tanah, jika sudah mati baik organ yang berada di atas tanah maupun
yang di bawah tanah sama-sama dapat melepaskan senyawa alelopati.
Alelopati dapat meningkatkan agresivitas
gulma di dalam hubungan interaksi antara gulma dan tanaman melalui eksudat yang
dikeluarkannya, yang tercuci, yang teruapkan, atau melalui hasil pembusukan
bagian-bagian organnya yang telah mati.
Beberapa jenis gulma yang telah diketahui mempunyai potensi
mengeluarkan senyawa alelopati
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Jenis gulma yang mempunyai aktivitas alelopati
Jenis gulma
|
Jenis tanaman pertanian yang peka
|
Abutilon theoprasti
|
beberapa jenis
|
Agropyron repens
|
berbagai jenis
|
Agrostemma githago
|
Gandum
|
Allium vineale
|
Oat
|
Amaranthus spinosus
|
Kopi
|
Ambrosia artemisifolia
|
berbagai jenis
|
A. trifida
|
kacang pea, gandum
|
Artemisia vulgaris
|
Mentimun
|
Asclepias syriaca
|
Sorgum
|
Avena fatua
|
berbagai jenis
|
Celosia argentea
|
Bajra
|
Chenopodium album
|
mentimun, oat, jagung
|
Cynodon dactylon
|
Kopi
|
Cyperus esculentus
|
Jagung
|
C. rotundus
|
sorgum, kedelai
|
Euporbia esula
|
kacang pea, gandum
|
Holcus mollis
|
Barli
|
Imperata cylindrica
|
berbagai jenis
|
Poa spp.
|
Tomat
|
Polygonum persicaria
|
Kentang
|
Rumex crisparus
|
jagung, sorgum
|
Setaria faberii
|
Jagung
|
Stellaria media
|
Barli
|
(Sumber : Putnam, 1995)
Telah banyak bukti yang dikumpulkan menunjukkan bahwa
beberapa jenis gulma menahun yang sangat agresif termasuk Agropyron repens,
Cirsium arvense, Sorgum halepense, Cyperus rotundus dan Imperata
cylindrica mempunyai pengaruh alelopati,
khususnya melalui senyawa beracun yang dikeluarkan dari bagian-bagian yang
organnya telah mati.
Telah banyak bukti yang menunjukkan bahwa senyawa alelopati dapat menghambat pertumbuhan
tanaman. Laporan yang paling awal diketahui mengenai hal ini ialah bahwa pada
tanah-tanah bekas ditumbuhi Agropyron repens, pertumbuhan gandum, oat,
alfalfa, dan barli sangat terhambat.
Alang-alang menghambat pertumbuhan tanaman jagung dan ini
telah dibuktikan dengan menggunakan percobaan pot-pot bertingkat di rumah kaca
di Bogor. Mengingat unsur hara, air dan cahaya bukan merupakan pembatas utama,
maka diduga bahwa alang-alang merupakan senyawa beracun yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan jagung. Tumbuhan yang telah mati dan sisa-sisa tumbuhan yang
dibenamkan ke dalam tanah juga dapat menghambat pertumbuhan jagung. Lamid dkk.
(1994) memperlihatkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstraks organ tubuh alang-alang,
semakin besar pengaruh negatifnya terhadap pertumbuhan kecambah padi gogo.
Penelitian semacam ini juga telah banyak dilakukan misalnya
pada teki (Cyperus rotundus). Pengaruh teki terhadap pertumbuhan jagung,
kedelai dan kacang tanah juga telah dipelajari dengan metode tidak langsung.
Ekstrak umbi dari teki dalam berbagai konsentrasi telah digunakan dalam
percobaan. Sutarto (1990) memperlihatkan bahwa tekanan ekstrak teki segar 200
dan 300 g/250 ml air menyebabkan pertumbuhan tanaman kacang tanah menjadi
kerdil dan kurus, serta potensi hasilnya menurun.
Beberapa pengaruh alelopati
terhadap aktivitas tumbuhan antara lain :
·
Senyawa
alelopati dapat menghambat
penyerapan hara yaitu dengan menurunkan kecepatan penyerapan ion-ion oleh
tumbuhan.
·
Beberapa
alelopat menghambat pembelahan sel-sel akar tumbuhan.
·
Beberapa
alelopat dapat menghambat pertumbuhan yaitu dengan mempengaruhi pembesaran sel
tumbuhan.
·
Beberapa
senyawa alelopati memberikan
pengaruh menghambat respirasi akar.
·
Senyawa
alelopati memberikan pengaruh
menghambat sintesis protein.
·
Beberapa
senyawa alelopati dapat
menurunkan daya permeabilitas membran pada sel tumbuhan.
·
Senyawa
alelopati dapat menghambat
aktivitas enzim.
IX. KESIMPULAN
Berdasarkan
data hasil pengamatn di atas, dapat
disimpulkan bahwa kacang hijau ynag ditanam pada media kapas tidak tumbuh
karena dalam melakukan penelitian kapas tidak dibasahi dengan air sehingga
kapas menjadi keringdan kacang hijau tidak dapt tumbuh. Sedangkan pada media
tanah kacang mampu tumbuh dengan baik karena di dalam tanah sudah mengandung
unsur hara sehingga kacang hijau dapat tumbuh walaupun tidak disiram oleh air. Allelopati merupakan pelepasan senyawa yang
bersifat toksik yang menimbulkan gangguan pada tanaman disekitarnya dan senyawa
yang bersifat allelopati disebut allelokimia. Selain adanya allelokimia
terdapat persaingan antara faktor biotik dan abiotik yang menyebabkan
terhambatnya antar tumbuhan.. Kuantitas
dan kualitas senyawa alelopati
yang dikeluarkan oleh gulma dipengaruhi oleh kerapatan gulma, macam gulma, saat
kemunculan gulma, lama keberadaan gulma, habitus gulma, kecepatan tumbuh gulma
dan jalur fotosintesis gulma (C3 atau C4). Tanaman
alelopati dapat menghambat pertumbuhan suatu tanaman, akan tetapi pada media
tanah tanaman dapat tumbuh dengan baik karena hanya disiram ekstrak air daun
rumput teki sebanyak satu kali dan dengan jumlah yang sedikit sehingga tidak
begitu berpengaruh.
X. DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 2009. Alelopati. (online). (http:// www. www.indoft.index.com/index-php
)., Diakses pada tanggal 01 Januari 2011 pada pukul 20.30 WIB
Moenandir, J.H. 1993. Persaingan Tanaman Budidaya dengan Gulma.
PT RajaGrafindo Persada.Jakarta
Nasution, U. 1986. Gulma dan Pengendaliannya di perkebunana Karet Sumatera Utara dan aceh.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Tanjung Morawa
Rukmana, R.H. 1997. Budidaya Baby Corn. Penerbit Kanisius. Jakarta
Sukman, Y dan Yakup. 1995. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. PT
RajaGrafindo Persada.Jakarta
LAMPIRAN :
1.
Data
hasil pengamatan
2.
Foto
hasil pengamatan